Minggu, 19 Oktober 2014

Kata Mutiara Bijak

Harapan adalah tiang yang menyangga dunia. (Pliny the Elder)

Kalau manusia berangsur menjadi tua, umumnya ia cendrung menetang perubahan, terutama perubahan ke arah perbaikan. (John Steinbeck)

Selama hidup saya yang sudah 87 tahun ini, saya telah menyaksikan serentetan revolusi teknologi. Tetapi tidak satu pun diantaranya yang tidak membutuhkan watak yang baik atau kemampuan untuk berfikir. (Bernard M. Baruch)

Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis. (Aristoteles)

Pendidikan mengembangkan kemampuan, tetapi tidak menciptakannya. (Voltaire)

Pendidikan yang baik tidak menjamin pembentukan watak yang baik. (Fonttenelle)

Setelah makan, pendidikan merupakan kebutuhan utama rakyat. (Danton)

Kata Mutiara Cinta

Setetes kebencian di dalam hati
Pasti akan membuahkan penderitaan
Tapi setetes cinta di dalam relung hati
akan membuahkan kebahagiaan sejati
 
Kalahkan Kemarahan dengan Cinta Kasih
Kalahkan Kejahatan dengan Kebajikan
Kalahkan kekikiran dengan Kemurahan Hati
Kalahkan Kesombongan dengan Kejujuran

Nafsu hanya akan memberikan kebahagiaan sesaat
tapi cinta yang tulus dan sejati akan memberikan
kebahagiaan selamanya
 
Jika kita mencintai seseorang
Berusahalan untuk tampil apa adanya
karena Cinta sejati selalu dapat
Menerima Kelebihan dan Kekurangan

Bahagialah bagi orang yang mengerti akan arti cinta,
Karena Cinta itu akan memberikan warna bagi kehidupannya
Cinta yang teramat besar kadang dapat membuat kita
tak bisa mencintai lagi
 
Luruhnya hati bukanlah suatu dosa, Maka Jangan Pernah
Takut untuk Jatuh Cinta

Cinta Tak Harus Saling Memiliki
Kadang Kala Mereka Harus Melepaskan Cinta Tersebut
Karena Cinta yang Sejati Selalu Ingin Membahagiakan
Orang Yang dicintai
 
Cinta itu seperti art yang indah dan agung,
berbahagialah yg pernah mendapatkannya meskipun tidak abadi

Cinta tidak membuat dunia berputar
Cinta inilah yang membuat perjalanan tersebut berharga
 
Cinta tidak berupa tatapan satu sama lain,
tetapi memandang ke luar bersama ke arah yang sama

Bel bukanlah bel sebelum engkau membunyikannya
Lagu bukanlah lagu sebelum engkau menyanyikannya
Cinta di dalam hatimu tidak diletakkan untuk tinggal di sana
 
Cinta bukanlah cinta sebelum engkau memberikannya
Nafsu adalah emosi
Cinta adalah pilihan
Cara untuk mencintai sesuatu adalah dengan menyadari
Bahwa sesuatu itu mungkin hilang

Cinta adalah kunci induk yang membuka gerbang kebahagiaan
Kekasih yang bijaksana tidak menghargai hadiah dari kekasihnya
Sebesar cinta dari si pemberi
 
Jika anda ingin dicinta, mencintalah
dan jadilah orang yang pantas dicinta

Di antara mereka yang saya sukai atau kagumi,
saya tidak dapat menemukan suatu kesamaan
Tetapi di antara mereka yang saya kasihi,
saya dapat menemukannya: mereka semua membuat saya tertawa
 
Persahabatan sering berakhir dengan cinta
Tetapi cinta kadang berakhir bukan dengan persahabatan

Kita harus sedikit menyerupai satu sama lain
untuk mengerti satu sama lain
Tetapi kita harus sedikit berbeda
Untuk mencintai satu sama lain
 
Cinta yang belum matang berkata: “Aku cinta kamu karena aku butuh kamu”
Cinta yang sudah matang berkata: “Aku butuh kamu karena aku cinta kamu”

Sabtu, 04 Oktober 2014

Monyet dan Ayam


Pada suatu zaman, ada seekor ayam yang bersahabat dengan seekor monyet. Si yamyam dan si monmon namanya. Namun persahabatan itu tidak berlangsung lama, karena kelakuan si monmon yang suka semena-mena dengan binatang lain. Hingga, pada suatu petang Si monmon mengajak Yamyam untuk berjalan-jalan. Ketika hari sudah petang, si monmon mulai merasa lapar. Kemudian ia menangkap si Ayam dan mulai mencabuti bulunya. Yamyam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. “Lepaskan aku, mengapa kau ingin memakan sahabatmu?” teriak si Yamyam. Akhirnya Yamyam, dapat meloloskan diri.
Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman si Kepiting. Si Kepiting merupakan teman Yamyam dari dulu dan selalu baik padanya. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang rumah si Kepiting. Disana ia disambut dengan gembira. Lalu Yamyam menceritakan semua kejadian yang dialaminya, termasuk penghianatan si Monmon.

Pendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si monmon. Ia berkata, "mari kita beri pelajaran si monmon yang tidak tahu arti persahabatan itu." Lalu ia menyusun siasat untuk memperdayai si Monmon. Mereka akhirnya bersepakat akan mengundang si monmon untuk pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah-buahan. Tetapi perahu yang akan mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat. Kemudian si Yamyam mengundang si monmon untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan rakusnya si Kera segera menyetujui ajakan itu karena ia berpikir akan mendapatkan banyak makanan dan buah-buahan di pulau seberang. Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan mereka. Ketika perahu sampai ditengah laut, Yamyam dan kepiting berpantun. Si Ayam berkokok "Aku lubangi ho!!!" Si Kepiting menjawab "Tunggu sampai dalam sekali!!"

Setiap kali berkata begitu maka si Yamyam mencotok-cotok perahu itu. Akhirnya perahu mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke dasar laut, sedangkan Si Yamyam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si monmon yang berteriak minta tolong karena tidak bisa berenang. Akhirnya ia pun tenggelam bersama perahu tersebut.

Disarikan dari Abdurrauf Tarimana, dkk, "Landoke-ndoke te Manu: Kera dan Ayam," Cerita Rakyat Daerah Sulawesi Tenggara, Jakarta: Dept. P dan K, 1978, hal. 61-62

Pesan Moral : Sebagai sahabat, tidak sepatutnya kita mengkhianati atau membohongi teman kita. Perbuatan kita suatu saat pasti akan mendapatkan balasannya.

Burung Elang Dan Burung Gagak





Di sebuah padang rumput yang luas, terdapat banyak hewan sedang mencari makan. Di antaranya adalah kawanan domba yang sedang digembalakan oleh penggembala. Pada salah satu pohon, ada seekor burung gagak sedang menatap ke arah kawanan domba tersebut.. “Mmmh… aku lapar sekali,sejak pagi belum makan,” ujarnya.

Tiba-tiba, seekor elang raksasa terbang rendah di dekatnya. Kemudian, elang itu menyambar seekor anak domba dan menerbangkannya ke angkasa. “Wah, hebat sekali si elang, aku iri padanya,” ucap si gagak dalam hati. Lalu ia merencanakan untuk berburu seekor anak domba pula. “Aku juga bangsa burung. Aku pun harus bisa menyambar seekor anak domba seperti elang tadi,” pikirnya. Kemudian si gagak mulai terbang dan melintas di atas padang rumput. Ia hendak memilih seekor anak domba untuk dijadikan mangsanya. “Hmm, lebih baik aku memilih domba yang besar saja. Dagingnya pasti lebih banyak,” pikirnya lagi. Ia bergegas terbang ke kawanan domba. “Ini, yang paling besar dan gemuk,” ujarnya. Ia pun hingga di atas punggung domab yang dipilihnya. Ia menarik domba itu dengan seluruh kekuatannya. Tetapi domba itu berat sekali. Burung gagak tak bisa menggesernya.

Burung gagak menghujamkan cakarnya ke dalam bulu domba yang tebal. Sekali lagi ia berusaha menerbangkan domba itu. Tetapi, memindahkan tubuh domba itu saja ia tidak sanggup. Perbuatan burung gagak itu diketahui oleh penggembala. Penggembala itu lari sambil berteriak,” pencuri…”

Burung gagak berusaha terbang. Malang cakarnya tersangkut di antara bulu domba itu. Ia pun dipukuli oleh penggembala itu.

Pesan Moral : Janganlah melakukan sesuatu yang melebih kemampuan kita. Karena hal tersebut bisa merugikan diri kita.

Arti Sebuah Sabahat

arti-persahabatan.jpg
Pada dahulu kala hiduplah seekor kura-kura dan seekor burung elang.Walaupun sang kura-kura dan elang jarang bertemu karena sang kura-kuralebih banyak menghabiskan waktu disemak-semak sedangkan sang elang lebih banyak terbang, namun tidak menghalangi sang elang untuk selalu mengunjungi teman kecilnya yang baik hati, sang kura-kura. Keluarga sang kura-kura sangat ramah dan selalu menyambut kedatangan sang elang dengan gembira. Mereka juga selalu memberi sang elang makanan dengan sangat royalnya. Sehingga sang elang selalu berkali-kali datang karena makanan gratis dari keluarga kura-kura tersebut.Setiap kali sehabis makan dari keluarga kura-kura sang elang selalu menertawakan sang kura-kura : “ha ha betapa bodohnya si kura-kura, aku dapat merasakan kenikmatan dari makanan yang selalu dia berikan,namun tidak mungkin dia dapat merasakan nikmatnya makanankukarena sarangku yang terletak jauh diatas gunung” Karena begitu seringnya sang elang menertawakan dan dengan egoisnyamenghabiskan makanan sang kura-kura, maka seluruh hutan mulai menggunjingkan sikap sang elang tersebut.
Para penghuni hutan tersebut merasa tidak suka dengan sikap seenaknya sang elang kepada sang kura-kura yang baik hati. Suatu hari seekor kodok memanggil kura-kura yang sedang berjalan dekat sungai. “Hai temanku sang kura-kura, berilah aku semangkok kacang polong, maka aku akanmemberikan kata-kata bijak untukmu” seru sang kodok. Setelah menghabiskan semangkuk kacang polong dari sang kura-kura, sang kodok berkata lagi: “kura-kura, sahabatmu sang elang telah menyalahgunakan persahabatan dan kebaikan hatimu. Setiap kali sehabis bertamu di sarangmu, selalu saja dia mengejekmu dengan berkata ” ha ha betapa bodohnya si kura-kura, aku dapat merasakan kenikmatan dari makan yang selalu dia berikan, namun tidak mungkin dia dapat merasakan nikmatnya makananku karena sarangku yang terletak jauh diatas gunung”.
Pada suatu hari nanti sang elang akan datang kembali dan akan meminta sekeranjang makanan darimu dan berjanji akanmemberikan makanan kepadamu dan anak-anakmu” Benarlah yang dikatakan oleh sang kodok, sang elang datang dengan membawa keranjang dan seperti biasanya sang elang menikmati makanan dari sang kura-kura. Sang elang berkata: “hai temanku kura-kura, ijinkan aku mengisi keranjangku dengan makanan darimu, maka akan kukirimkan kepada anak istriku dan istriku akan memberimu makanan buatannya untuk istri dan anakmu”.
Kemudian sang elang terbang dan kembali menertawakan sang kura-kura. Maka segeralah sang kura-kura masuk kedalam keranjang tersebut dan ditutupi dengan sayuran buah-buahan oleh istrinya, sehingga tidak terlihat. Ketika sang elang kembali, istri sang kura-kura mengatakan bahwa suaminya baru saja pergi dan memberikan keranjang penuh berisi makanan kepada sang elang. Sang elang segera bergegas terbang sambil membawa keranjang tersebut.

Semut dan Kepompong



Di suatu hutan yang rindang, hidup berbagai binatang buas dan jinak. Ada kelinci, burung, kucing, capung, kupu-kupu dan yang lainnya. Pada suatu hari, hutan dilanda badai yang sangat dahsyat. Angin bertiup sangat kencang, menerpa pohon dan daun-daun. Kraak…terdengar bunyi dahan-dahan berpatahan. Banyak hewan yang tidak dapat menyelamatkan dirinya, kecuali si semut yang berlindung di dalam tanah. Badai baru berhenti ketika pagi menjelang. Matahari kembali bersinar hangatnya.

Tiba-tiba dari dalam tanah muncul seekor semut. Si semut terlindung dari badai karena ia bisa masuk ke sarangnya di dalam tanah. Ketika sedang berjalan, ia melihat seekor kepompong yang tergeletak di dahan daun yang patah. Si semut bergumam,”Hmm, alangkah tidak enaknya menjadi kepompong, terkurung dan tidak bisa kemana-mana”. “Menjadi kepompong memang memalukan!” “Coba lihat aku, bisa pergi ke mana saja ku mau”, ejek semut pada kepompong. Semut terus mengulang perkataannya pada setiap hewan yang berhasil ditemuinya.

Beberapa hari kemudian, semut berjalan di jalan yang berlumpur. Ia tidak menyadari kalau lumpur yang diinjaknya bisa menghisap dirinya semakin dalam.“Aduh, sulit sekali berjalan di tempat becek seperti ini,” keluh semut. Semakin lama, si semut semakin tenggelam dalam lumpur. “Tolong…tolong,” teriak si semut.

“Wah, sepertinya kamu sedang kesulitan ya…?” Si semut terheran mendengar suara itu. Ia memandang kesekelilingnya mencari sumber suara. Dilihatnya seekor kupu-kupu yang indah terbang mendekatinya. “Hai, semut aku adalah kepompong yang dahulu engkau ejek. Sekarang aku sudah menjadi kupu-kupu. Aku bisa pergi ke mana saja dengan sayapku. Lihat… sekarang kau tidak bisa berjalan di lumpur itu kan?” Yah, aku sadar…. Aku mohon maaf karena telah mengejekmu. Maukah kau menolongku sekarang…?” kata si semut pada kupu-kupu.

Akhirnya kupu-kupu menolong semut yang terjebak dalam lumpur penghisap. Tidak berapa lama, semut terbebas dari lumpur penghisap tersebut. Setelah terbebas, semut mengucapkan terima kasih pada kupu-kupu. “Tidak apa-apa, memang sudah kewajiban kita untuk menolong yang sedang kesusahan bukan?, karenanya kamu jangan mengejek hewan lain lagi ya…? Karena setiap makhluk pasti diberikan kelebihan dan kekurangan oleh yang Maha Pencipta. Sejak saat itu, semut dan kepompong menjadi sahabat karib.

Moral : Sesama makhluk ciptaan Tuhan, janganlah saling mengejek dan menghina, karena siapa tahu yang dihina lebih baik kedudukannya daripada yang menghina.

Asal Mula Rumah Siput

Dahulu kala, siput tidak membawa rumahnya kemana-mana… Pertama kali siput tinggal di sarang burung yang sudah ditinggalkan induk burung di atas pohon .
Malam terasa hangat dan siang terasa sejuk karena daun-daun pohon merintangi sinar matahari yang jatuh tepat ke sarang tempat siput tinggal. Tetapi ketika musim Hujan datang, daun-daun itu tidak bisa lagi menghalangi air hujan yang jatuh,.. siput menjadi basah dan kedinginan terkena air hujan.
Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang pohon, Jika hari panas, siput terlindung dengan baik, bahkan jika hujan turun, siput tidak akan basah dan kedinginan. Sepertinya aku menemukan rumah yang cocok untukku, gumam siput dalam hati.
Tetapi di suatu hari yang cerah, datanglah burung pelatuk ,, tok..tok…tok…burung pelatuk terus mematuk batang pohon tempat rumah siput, siput menjadi terganggu dan tidak bisa tidur,
Dengan hati jengkel, siput turun dari lubang batang pohon dan mencari tempat tinggal selanjutnya. Siput menemukan sebuah lubang di tanah, kelihatannya hangat jika malam datang, pikir siput. Siput membersihkan lubang tersebut dan memutuskan untuk tinggal di dalamnya, tetapi ketika malam datang, tikus-tikus datang menggali dari segala arah merusak rumah siput. Apa mau dikata, siput pergi meninggalkan lubang itu untuk mencari rumah baru….
Siput berjalan terus sampai di tepi pantai penuh dengan batu karang. Sela-sela batu karang dapat menjadi rumahku !!! siput bersorak senang, aku bisa berlindung dari panas matahari dan hujan, tidak aka nada burung pelatuk yang akan mematuk batu karang ini, dan tikus-tikus tidak akan mampu menggali lubang menembus ke batu ini.
Siput pun dapat beristirahat dengan tenang, tetapi ketika air laut pasang dan naik sampai ke atas batu karang, siput ikut tersapu bersama dengan ombak. Sekali lagi siput harus pergi mencari rumah baru. Ketika berjalan meninggalkan pantai, siput menemukan sebuah cangkang kosong, bentuknya cantik dan sangat ringan….
Karena lelah dan kedinginan, Siput masuk ke dalam cangkang itu , merasa hangat dan nyaman lalu tidur bergelung di dalamnya.
Ketika pagi datang, Siput menyadari telah menemukan rumah yang terbaik baginya. Cangkang ini sangat cocok untuknya. Aku tidak perlu lagi cepat-cepat pulang jika hujan turun, aku tidak akan kepanasan lagi, tidak ada yang akan menggangguku, …. aku akan membawa rumah ini bersamaku ke manapun aku pergi.

Pohon yang Egois

Di sebuah padang luas tumbuhlah banyak pohon yang subur.
Dari akar pohon-pohon itu mengalirlah sungai di bawahnya yang airnya sangat jernih.
Di antara pohon-pohon itu, adalah sebatang pohon yang egois.
Ia ingin hidup sendiri supaya segalanya dapat ia miliki sendiri.
Maka dicarilah akal agar pohon-pohon yang lain pergi dari situ.
Dengan akal jahatnya, pohon-pohon itu tidak kerasan dan pergi satu persatu.
Kini jadilah pohon yang jahat itu tinggal sendirian.
Ia senang sekali karena ia dapat menikmati segalanya sepuasnya tanpa berbagi dengan pohon lain.
Namun kegembiraannya itu tak berlangsung lama.
Malam hari ia ketakutan sendirian.
Ketika ada angin kencang ia hampir roboh tak mampu bertahan.
Yang sangat menyedihkan adalah air sungai yang dulu melimpah, kini mengering karena tempat itu menjadi gundul. Pohon itu kekurangan air
Sekarang ia menangis siang dan malam karena menderita.Ia memanggili pohon-pohon yang dulu ia usir supaya kembali lagi tetapi tak satupun mau.
 Karena selalu bersedih, pohon itu menjadi sakit, tubuhnya kurus dan akhirnya mati.
Itulah akibatnya jika pohon itu egois dan jahat.Begitu juga manusia. Semakin banyak teman, hidup kita semakin nyaman. Kita jadikan semua orang adalah saudara kita.