Sabtu, 27 September 2014

Surga di Bawah Telapak Kaki ibu, Apakah Masih Berlaku ?


 Surga di Bawah Telapak Kaki ibu, Apakah Masih Berlaku ?

“Kasih ibu.. kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya meyinari dunia” Terdengar lantunan lagu yang berkali-kali berputar di televisi, tepat karena hari ini adalah hari Ibu. Ketika lantunan lagu itu terdengar, perasaanku campur aduk antara kesal juga sedih.
Lagu itu membuatku bertanya, “kasih yang mana dan seperti apa yang ibu berikan kepada beta seperti lagu itu? Yang tidak terhingga sepanjang masa?” mataku mulai berkaca-kaca lambat laun cairan bening pun menetes dari mataku.
Singkat cerita, Ayah dan Ibuku bercerai sejak umurku menginjak di usia ke-4. Aku gak tau apa penyebab perceraian mereka. Tapi nenekku sempat berdongeng mereka bercerai setelah pertengkaran hebat, pertengkaran itu bukan tanpa alasan, perselingkuhan Mama lah yang menjadi penyebabnya.
Masih terngiang di benakku ketika aku berada di ruang yang luas berisi bangku berjajaran dan dipenuhin banyak orang, nenekku bilang itu Ruang Sidang. sempat ada kalimat yang tidak akan pernah aku lupakan yang diucapkan oleh bapak Hakim di sidang itu “Kamu mau ikut mana? Mama atau Papa?”.
Dan disitulah aku terharu pada Papa seperti sang ‘superior’. Berjuang demi mempertahankan hak asuh anak, walau akhirnya aku tinggal dan diasuh oleh nenekku.
Hari demi Hari, bulan demi bulan, waktu pun berlalu. Aku mendengar kabar Mamah telah menikah lagi, karena sejak saat itu aku belum mengerti apa itu pernikahan aku cuek saja merasakannya.
Puncaknya, ketika Aku duduk di Bangku sekolah dasar. Sekolah mengadakan acara perlombaan demi memperingati hari Ibu. Tiap murid diwajibkan untuk datang bersama ibunya. Dari situlah aku merenung, hati kecilku terguncang dimanakah mamah berada. Kanan kiri aku menengok teman-teman sekolahku bermanja canda dengan ibunya masing-masing.
Mentalku semakin terpuruk ketika Papah meminta ijin padaku untuk menikah lagi, aku pun hanya meng-iya kan saja karena aku gak ngerti apa apa. Sikap ‘superior’ Papa telah luntur, kasih sayang Papa yang aku rasain sejuk banget saat dulu kala sudah enggak terasa lagi. Terlihat sejak Punya istri baru dan anaknya yang baru.
Tak hanya Papah, sama halnya Mama pun begitu. Bahkan suatu ketika aku menginap di rumah Mamah ada kejadian yang menurutkku tidak masuk akal, pagi-pagi aku baru terbangun dari tidur Mamah memanggilku dan bertanya seperti orang serius “Kamu kenapa berani mengambil uang di dalem lemari?” aku terheran dan berbalik tanya “loh? aku kan baru bangun tidur, kapan aku mengambil?” Sedangkan saat itu adalah hari pertama kalinya aku menginap di rumah mamah, bahkan aku pun tidak tau dimana letaknya lemari tersebut.
Ketika Mamah sedang memarahiku, mencetus lah si Papah tiri ini mengoceh “kalau lu anak gue, udah gue tampar lu! gue kalo berantem sama anak ya berantem beneran, masih untung lu bukan kandung gue jadi tanggung”. Dalam hati aku menjawab “gileee, pedes banget tuh mulut”
Setelah kejadian itu pun aku pergi tanpa pamit kepada Mamah, terus terang semenjak kejadian itu aku semakin benci sama Mamah. Hanya karena uang satu juta Mamah tega menepis anak kandungnya sendiri. Bahkan mungkin sakit hatikku ini enggak akan bisa terobati oleh berbagai macam ramuan obat apapun.
Konflik di dalam rumah membuatku brutal di jalanan. Berkali-kali aku Drop Out dari sekolah akibat ulahku yang labil. Tawuran menjadi santapan aku sehari-hari. itulah penyebab mengapa aku sampai 4 kali berganti-ganti sekolah.
Walaupun pak Ustadz pernah bilang “Surga itu adanya di bawah telapak kaki Ibu”. Tapi aku masih meragukan ucapan pak ustadz tersebut.
Aku berhak bertanya Ibu seperti apakah yang harus diyakini keberadaan surganya, apakah ibu yang menelantarkan anaknya sejak kecil bahkan sempat memfitnah dan lebih memilih suaminya itu termasuk kategori ‘ibu-ibu sang pembawa surga?’. Aku tidak pernah dendam pada Ibu, karena aku Lahir dari rahimnya, aku hanya mengingatkan bahwa suatu saat sang Ibu akan menjumpai ajalnya sudahkah ia menjadi manusia yang khusnul khotimah?. Kembalilah pada anakmu, karena anak adalah titipan dari Tuhan yang harus orangtua jaga dan asuh dengan semestinya.
Jadi.. Surga di bawah telapak kaki Ibu, apakah masih berlaku untukku..

Cerpen Karangan: Fariz Ghifari

0 komentar:

Posting Komentar